Setelah berlama-lama duduk santai sambil ngerokok-ngerokok, ngopi-ngopi, tidur-tiduran, melantunkan musik, membaca buku, nonton film dan semua kegiatan bermalas-malasan lainnya, akhirnya hari ini saya kembali menulis di sini.
Sebetulnya saya sendiri bingung harus menulis apa?! Yang ada dipikiran saya sekarang ini hanya ada maraknya pemberitaan video bokep Ariel Peterpan vs Luna Maya & Cut Tari serta gaung kemeriahan sebuah ajang atau pesta sepakbola 4 tahunan terakbar di dunia yang selalu dinanti-nanti oleh para penggila bola di seluruh dunia. Di mana tahun 2010 ini, Benua Hitam Afrika akan menjamu para tamunya dari segala penjuru di belahan bumi.
Sepertinya lebih berarti jika saya menulis tentang sepakbola, daripada sekedar bicara tentang video mesum para selebritis yang menyibukan para aparat kepolisian, praktisi hukum, media sampai pemerintah.
Ah, sekarang mari kita berbicara sepakbola saja lah! Tapi entah dari perspektif mana saya harus berbicara tentang permainan ini. Sejak dulu sepakbola telah membuat saya tidak hanya mencintainya tapi telah membuat saya gila. Lebih dari separuh masa kecil saya dihabiskan untuk bermain sepakbola. Tidak peduli itu hujan, tidak peduli itu lapang atau jalan, kaki saya selalu ingin berlari mengejar dan menikmati setiap pergerakan si kulit bundar layaknya seorang pecandu. Namun sekarang ini bagi saya sepakbola lebih dari sekedar olahraga. Seiring perkembangan jaman, di balik permainannya, globalisasi telah membawa sepakbola ke pelosok dunia yang paling jauh. Saya pernah membaca sebuah buku kajian tentang sepakbola yang mengajak kita untuk melihat bahwa sepakbola bisa menjadi alat untuk memahami dunia kontemporer yang dilanda segala dampak arus globalisasi. Bagaimana bisa sepakbola telah membuat sebuah tragedi pembataian Muslim di Bosnia? Lebih dari itu, sepakbola terus membangkitkan sentimen-sentimen rasial dan konflik keagamaan ataupun isu nasionalisme. Ya, sepakbola telah membuat manusia larut dalam penghayatan yang lebih dalam ketimbang agamanya sendiri.
Mulai hari ini kita akan kembali melihat, bagaimana sepakbola memerankan sosoknya yang Protagonist sehingga begitu dicintai para penggilanya di seluruh dunia. Para penjudi bersiap untuk untung dan rugi, Hooligan bersiap-siap memprovokasi, pegawai Pemda sibuk menyiapkan alasan tidak bekerja, para PSK untuk sementara tidak menerima sentuhan para pria, dan seluruh umat manusia yang ada di bumi ini dengan penuh suka cita menyambut bulan suci sepakbola. "Marhaban Ya Piala Dunia Afrika Selatan".
Sebetulnya saya sendiri bingung harus menulis apa?! Yang ada dipikiran saya sekarang ini hanya ada maraknya pemberitaan video bokep Ariel Peterpan vs Luna Maya & Cut Tari serta gaung kemeriahan sebuah ajang atau pesta sepakbola 4 tahunan terakbar di dunia yang selalu dinanti-nanti oleh para penggila bola di seluruh dunia. Di mana tahun 2010 ini, Benua Hitam Afrika akan menjamu para tamunya dari segala penjuru di belahan bumi.
Sepertinya lebih berarti jika saya menulis tentang sepakbola, daripada sekedar bicara tentang video mesum para selebritis yang menyibukan para aparat kepolisian, praktisi hukum, media sampai pemerintah.
Ah, sekarang mari kita berbicara sepakbola saja lah! Tapi entah dari perspektif mana saya harus berbicara tentang permainan ini. Sejak dulu sepakbola telah membuat saya tidak hanya mencintainya tapi telah membuat saya gila. Lebih dari separuh masa kecil saya dihabiskan untuk bermain sepakbola. Tidak peduli itu hujan, tidak peduli itu lapang atau jalan, kaki saya selalu ingin berlari mengejar dan menikmati setiap pergerakan si kulit bundar layaknya seorang pecandu. Namun sekarang ini bagi saya sepakbola lebih dari sekedar olahraga. Seiring perkembangan jaman, di balik permainannya, globalisasi telah membawa sepakbola ke pelosok dunia yang paling jauh. Saya pernah membaca sebuah buku kajian tentang sepakbola yang mengajak kita untuk melihat bahwa sepakbola bisa menjadi alat untuk memahami dunia kontemporer yang dilanda segala dampak arus globalisasi. Bagaimana bisa sepakbola telah membuat sebuah tragedi pembataian Muslim di Bosnia? Lebih dari itu, sepakbola terus membangkitkan sentimen-sentimen rasial dan konflik keagamaan ataupun isu nasionalisme. Ya, sepakbola telah membuat manusia larut dalam penghayatan yang lebih dalam ketimbang agamanya sendiri.
Mulai hari ini kita akan kembali melihat, bagaimana sepakbola memerankan sosoknya yang Protagonist sehingga begitu dicintai para penggilanya di seluruh dunia. Para penjudi bersiap untuk untung dan rugi, Hooligan bersiap-siap memprovokasi, pegawai Pemda sibuk menyiapkan alasan tidak bekerja, para PSK untuk sementara tidak menerima sentuhan para pria, dan seluruh umat manusia yang ada di bumi ini dengan penuh suka cita menyambut bulan suci sepakbola. "Marhaban Ya Piala Dunia Afrika Selatan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar