Kamis, 22 April 2010

Bumi, Cinta dan Manusia



"Apa yang terjadi di hari ini, wahai manusia? Tahukah kamu jika hari ini saya sedang memperingati hari jadi?" Seru Bumi pada semua mahluk yang sedang ngontrak di permukaannya.

Ya, setiap tanggal 22 April, diperingati sebagai hari Bumi. Tempat di mana kita semua diberikan segala kebutuhan [Air, Tanah, Udara, Tumbuhan] untuk bertahan hidup hingga detik ini. Tapi siapakah yang peduli dengan semua pemberian dari Bumi ini? Apa yang bisa membuat manusia tentram, damai dan memberikan sedikit cinta dari apa yang telah diberikan oleh Bumi?
Pencemaran udara, kerusakan alam hingga menipisnya lapisan ozon yang semakin parah tak membuat juga keseluruhan manusia berdamai, berdamai dengan alam sekitar dan juga tentunya berdamai dengan dirinya sendiri. Bukankah alam ini sudah menyediakan banyak ragam kebutuhan yang melimpah? Mengapa manusia dengan ego yang tinggi mau merusak tatanan yang indah itu?!
Sebenarnya apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup? Makanan, uang, kekayaan, harga diri, publisitas, percintaan, ataukah hanya sekedar kata-kata? Atau bahkan hanya khayalan?
Mari kita beri sebanyak-banyaknya cinta untuk Bumi ini, seperti apa yang telah banyak Bumi berikan pada kita semua.

Rabu, 21 April 2010

Kartini di mata Kartono

Sepertinya terlalu berat jika tulisan ini dibuat untuk sebuah Study Gender. Tulisan ini hanyalah Point of View Kartono selama dia mengenal siapa itu Kartini.
Kartini. Ya, mendengar namanya saja sudah dipastikan, bahwa pemilik nama itu adalah seorang kaum Hawa. Sebuah mahluk yang selalu dipuja-puja oleh Kartono.
Entah kenapa Kartono begitu sangat memuja Kartini? Bahkan, Kartono mengoleksi banyak nama Kartini di Indonesia ini termasuk ibu yang mengandungnya, adalah salah satu pemilik dari sekian banyak nama Kartini. Hmm... Seperti apa Kartini?

Di sebuah rumah...
Wajahnya tampak tua termakan usia. Setiap kerutan di wajahnya memberi arti bahwa hidup baginya untuk memberi. Memberi sepenuh hati tanpa berharap ada yang harus kembali. Memberi segenap raga untuk keluarganya walau sebenarnya sudah tidak berdaya. Selepas adzan Shubuh tiba, seluruh organ tubuhnya terus bekerja tanpa henti sambil sesekali mengelap keringat yang menetes dari wajahnya. Setelah malam menjelang, ia duduk menyandarkan tubuhnya di sebuah kursi sambil tersenyum bahagia melihat keluarganya, ia pun berkata lirih "Ya Allah kuatkanlah hatiku, mudahkanlah jalanku, limpahkanlah rakhmatMu ya Allah, sesungguhnya aku ikhlas melalui semua karenaMu Ya Allah, berikan yang terbaik untukku, anak-anakku dan juga suamiku, sesungguhnya aku berserah kepadaMu ya Allah.
.". Tak lama berselang, masih tersandar di kursi itu ia pun tertidur lelah. Aku pun melirih "Ya Allah lindungi dan berilah selalu kekuatan untuk ibuku itu".

Di sebuah gedung bertingkat...
Begitu banyak orang berlalu-lalang seakan mengejar sesuatu. Terlihat seorang perempuan. Ia berwibawa dan tampak terpelajar, di dalam sebuah ruangan di gedung yang menjulang tinggi itu. Berkali-kali ia mengerutkan keningnya, berstimulasi dengan otaknya mencari solusi, mencari alternatif, menuntaskan masalah, memecah keheningan dan terus menerus berpikir.Hari ini akan banyak agenda pertemuan penting yang akan dibahas bersama, setelah itu ia akan menandatangani sejumlah berkas dan bertemu dengan beberapa pejabat penting di negeri ini. Ia akan sibuk sekali, selain menerima beberapa sms dan telpon penting, ia juga harus menghubungi suaminya, dan anak-anaknya sekedar untuk megingatkan untuk tidak lupa makan siang.


Di sebuah stasiun...
Seorang perempuan yang nampak lebih tua dari usia sebenarnya, harus menahan peluh dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh, bajunya kumal, dan sudah mulai basah oleh keringat. Siang ini matahari memancarkan panasnya lebih panas dari hari kemarin, dengan bermodalkan sebuah sapu, perempuan ini harus menunggu stasiun sepi lalu kemudian mulai bekerja membersihkan gerbong demi gerbong kereta di stasiun ini. Ia harus bekerja lebih cepat dan berharap pulang sebelum matahari terbenam, ia harus segera berada dirumah sebelum suaminya pulang memulung, ia harus pulang lebih awal untuk menanak nasi untuk dimakan malam ini.

Itulah beberapa Kartini yang pernah dikenal dan diberi penghargaan di hati Kartono karena perjuangan hidupnya yang begitu besar. Tidak peduli perannya apalagi bentuknya, tapi apa yang didedikasikannya.


Si Penghuni Baru Jalan Batuwangi No.1 [Giandra Fahiran Raditya Kusumah]





Inilah sosok kecil penghuni baru rumah kami di Bandung. Giandra Fahiran Raditya Kusumah, dia adalah anak pertama dari kakak saya [Mutiafani Rilitasari dan suaminya Fery Firdaus Kusumah]. Kehadiran dia di muka Bumi ini pun otomatis sekaligus memberikan gelar Kakek dan Nenek buat orang tua saya dan gelar paman buat saya, hahaha... [Saya semakin sadar kalau umur makin menua :p]
Entah energi apa yang menyelimuti kediaman orang tua saya itu ketika anak ini datang sebagai penghuni baru rumah yang sudah kami tinggali sejak Tahun 1989. Yang pasti, bocah yang terlahir tepat saat Bangsa Indonesia merayakan ulang tahunnya yang Ke-63 Tahun ini, telah membuat suasana hangat di setiap sudut rumah kami yang sebelumnya terasa sepi seperti tidak ada penghuninya. Gelak tawa dan kebahagiaan semua penghuni rumah melihat tingkah laku dan kepolosan bocah ini, benar-benar telah menyihir kehidupan kami sekeluarga menjadi lebih hidup. Hmmm... Sayang, saya tidak bisa meliat pertumbuhan bocah pintar ini dari hari ke hari karena jarak dan waktu saya yang sudah banyak dihabiskan di Jakarta untuk nyari receh demi receh :).
Tapi walau bagaimanapun, saya yakin dia tidak akan pernah lupa kalau saya adalah pamannya yang suka membelikannya mainan, yang suka membelikannya baju, yang suka menggendongnya, yang suka memotretnya, yang suka mendorong sepedanya dan lain-lainnya :)

Minggu, 11 April 2010

A man may die, nations may rise and fall, but an idea lives on



Sebuah makhluk tak bernyawa yang dilahirkan dari kinerja berpikir dalam organ otak, sebuah organ yang tak bisa didapatkan secara eceran disebuah toko kelontong ataupun secara kredit ditangan seorang salesman..

Setiap orang memiliki keunikannya masing-masing dalam mengolah otaknya hingga pada akhirnya menjemput kelahiran sebuah ide di tengah-tengah kehidupannya..

Inilah mengapa seorang desainer logo sebuah perusahaan ternama mendapatkan harga yang layak sebagai ganti jerih payahnya melahirkan sebuah ide yang berbentuk logo.

Inilah alasan seorang pekerja seni pantas menerima sebuah penghargaan didepan masyarakat atas ide yang disalurkannya dalam sebuah karya agung yang diciptakannya, entah tari, musik, lukis, dan berbagai bentuk kesenian lainnya.

Ide itu mahal..

Mahal karena ia merupakan sumber kehidupan bagi sang penciptanya..

Dari ide, manusia mampu menghidupkan hidupnya.

Membebaskan dirinya dari berbagai batasan hidup yang ditetapkan masyarakat, dimana tak seorang pun mampu mengikat individu ini untuk berkreasi memainkan pikirannya.

Dari ide, lahirlah sisi manusiawi seorang individu.

Menyadari dirinya tak sehebat sang Khalik, melalui ide, individu menemukan jembatan yang mampu mengikatkan dirinya kepada sang Khalik. Sehingga, kelahiran sebuah ide adalah sebuah prestasi atas dirinya dalam mengusahakan dirinya menjadi manusia yang berarti.

Dari ide, manusia menemukan dirinya seutuhnya.

Proses kelahiran sebuah makhluk tak bernyawa bernama ide terjadi atas usaha manusia menemukan sisi yang menghilang dalam dirinya. Segala teka-teki kehidupan yang tak terjawab menjadikan manusia berusaha menemukannya dalam pikirannya. Menyelami siapakah dirinya dan mencocokkan dirinya kepada teka-teki ini sehingga lahirlah sebuah ide, representasi dirinya yang lain dalam bentuk konsep.

Ide itu (benar-benar) mahal..

Mahal karena membutuhkan proses yang cukup rumit dan tak jarang membutuhkan waktu yang lama untuk akhirnya bisa ditemukan. Untuk mampu mengeksekusi keluarnya sebuah ide dalam otak, dibutuhkan waktu untuk sekedar merumitkan celah sempit dalam otak dan untuk menenangkan diri sembari mendengar suara hati. Bukanlah sebuah proses yang instan..

Jadi, bagi siapapun kalian yang baru saja menghancurkan sebuah ide demi kenaikan pangkat, penghargaan dan sebagainya, saya ucapkan selamat!

Selamat karena kalian baru saja menghancurkan kehidupan seseorang..

Selamat karena kalian telah merenggut segala asa yang tertumpah dalam ide itu..

Selamat karena kalian baru saja menyadari bahwa diri kalian memang tidak pantas untuk dihargai oleh masyarakat..

Selamat karena kualitas hidup yang kalian jalani ternyata tidak akan pernah berarti. Tidak berarti untuk dihidupi, tidak berarti untuk dijalani..

Kamis, 08 April 2010

Dia tidak berkata-kata tapi membuat "berkaca-kaca"



Setiap film memiliki cara bertutur yang berbeda dengan film-film lainnya. Akan tetapi bahasa film cuma satu dalam menyampaikan pesan-pesannya universal-nya kepada seluruh manusia, yaitu; kesetiaan, kecintaan dan kerinduan.
Esensi itulah yang saya lihat di film ini. Sebuah film dengan tehnik gambar sketsa yang membuat saya diam dan berkaca-kaca. Fiuhh..



Rabu, 07 April 2010

Hello World



Seorang anak pernah bertanya sama bapaknya, "ayah, Dunia ini seluas apa sih?" Lalu bapaknya menjawab, "seluas kemauan kamu untuk melihatnya"
Hmm... Sepertinya jawaban si ayah tadi terdengar begitu mudah dilakukan bagi anaknya. Tidak berhenti di situ, lalu, si anak pun bertanya lagi, "bagaimana caranya buat melihatnya, ayah? "Kalau begitu ayo kita jalan-jalan yah, kita lihat Dunia!". Si Ayah pun sontak terdiam tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Di dalam pikiran si ayah sempat terlintas, "Ah, kalau saja anak saya sudah besar, maka saya akan jelaskan, bahwa Media adalah jawabannya".
Ya, Media. Kita tidak bisa mangkir bahwa Media sejak dulu telah mempengaruhi pola pikir dan kehidupan kita di dunia yang indah ini. Ribuan macam informasi di pelosok bumi ini kita "makan" mentah-mentah dan kita cerna mulai dari informasi tentang sosial, budaya, politik, kriminal sampai percintaan dan tetek bengek lainnya. Media telah memudahkan kita melihat apa yang belum pernah kita lihat, media telah memudahkan kita mendengar apa yang belum pernah kita dengar, bahkan media memungkinkan kita melakukan sesuatu yang secara akal sehat tidak mungkin untuk dilakukan. Itulah sebuah analogi sederhana tentang Globalisasi. Manusia terus mengembara dalam ruang dan waktu yang tak ada batasnya.
Jaman terus berkembang meninggalkan yang dahulu seakan tidak pernah mau tahu. Hingga sampailah sekarang kita ada di sebuah tahapan teknologi yang super canggih, di mana inovasi teknologi informasi dan komunikasi semakin mudah bisa kita terima melalui Media Digital. Kehidupan sosial manusiapun kini telah berada di Media tersebut seakan-akan telah menjelma menjadi sebuah Planet baru setelah Pluto. Tidak perlu bertatap muka secara langsung, cukup dengan duduk santai menghadap sebuah kotak ajaib bernama komputer lalu koneksikan dengan mahluk aneh bernama internet, maka kehidupanpun telah dimulai. Pertanyaannya, berarti sekarang kita sedang hidup di Planet mana?

Selasa, 06 April 2010

Oh, I Love You All

Dari kiri ke kanan: Bapak, Kakak, saya dan Ibu

Katanya, dahulu awalnya Bapak bertemu Ibu di sebuah tempat pementasan drama yang entah di mana (saya lupa). Bapak melihat ibu tampil dengan wajahnya yang anggun mirip Widyawati, hehe... Dan saat itu pula, Ibu melihat Bapak yang berwajah mirip bintang film Mexico dengan brewoknya yang lebat sedang asyik menonton sambil mengabadikan foto bersama teman-temannya. Kemudian dengan wajah malu-malu merekapun saling melemparkan senyuman. Seiiring berjalannya waktu, akhirnya Bapak menyatakan cintanya kepada Ibu entah dengan cara seperti apa (saya tidak tahu pasti). Mungkin sambil bernyanyi dan berlari-lari di taman mirip film India atau mungkin juga sambil nonton film paling romantis pada saat itu di sebuah bioskop.
Singkat waktu akhirnya, bapak memutuskan kalau Ibu adalah pilihan yang tepat sebagai pasangan hidupnya dan akan menjadi Ibu yang baik untuk anak-anaknya. Beberapa bulan kemudian setelah menikah, entah apa yang dilakukan bapak dan ibu siang dan malam di kamarnya, sampai perut Ibu pun terlihat semakin membesar. Ibu mengandung seorang anak perempuan pertamanya yang setelah 9 bulan lahirlah kakak saya. Setelah lahir kakak perempuan saya, Bapak dan Ibu pun memutuskan untuk memiliki satu lagi anak bergender laki-laki sebagai jagoan yang akan menjaga keluarganya kelak. Pada akhirnya, setelah kemudian bapak dan ibu melakukan pergulatan siang dan malamnya, Tuhan pun mengabulkannya. Setelah satu tahun berlalu, lahirlah saya sebagai pelengkap keluarga sederhana yang berbahagia ini.

Senin, 05 April 2010

How Are You Today?

Hallo Blog, apa kabarnya dirimu? Baik-baik sajakah? Ah, mudah-mudahan kau senang dengan kembalinya saya walaupun dengan tampilan dan gaya bertutur yang beda dari sebelum-sebelumnya. Sayapun tidak mengerti kenapa tiba-tiba kamu menghilang bersama semua catatan-catatan harian saya.Yasudahlah. Hari ini saya akan memulai jurnal baru lagi, berbagi semangkuk pengalaman hidup, sejumput ilmu dan sekarung peristiwa sederhana dari kehidupan sehari-hari saya.